3 Landasan Tauhid Asma’ wa Shifat Bagian 1

Kita wajib mentauhidkan Allah subhanahu wata’ala dalam asma’ dan sifat-Nya. Kita wajib mengesakan Allah bahwa hanya dia yang memiliki nama-nama Yang Maha Indah dan sifat-sifat yang Maha Sempurna.

Ini adalah tauhid asma’ wa sifat. Salah satu pembagian tauhid yang 3.
Tauhid asma wa sifat mengantung 3 landasan pokok/prinsip pokok yang harus kita imani sehingga kita bisa dikatakan mengimani atau mentauhidkan Allah dalam asma’ wa sifat dengan benar, sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh Muhammad Al-Amin Asy Syinqithi rahimahullah:

1. Kita wajib menetapkan semua sifat-sifat Allah tanpa menyerupakannya dengan makhluk, tanpa mempermisalkannya dengan makhluk, tanpa menyamakan dengan makhluk. Allah mengabarkan diri-Nya dalam Al-Quran maupun sunnah yang shahihah bahwa Dia memiliki sifat-sifat. Misalkan di dalam Al-Quran Allah mengatakan:

وَكَلَّمَ ٱللَّهُ مُوسَىٰ تَكْلِيمًۭا
“Allah benar-benar berbicara kepada Musa.”
(An-Nisa: 164)

Di sini Allah memperkenalkan diri-Nya bahwa Dia memiliki sifat kalam, Dia berbicara. Bagaimana Allah berbicara? Wallahu ta’ala a’lam kita tidak tahu. Yang jelas Allah itu berbicara sesuai dengan kelayakan, kebesaran, kesempurnaan dzat-Nya yang Maha Sempurna. Ini wajib kita tetapkan
Di satu sisi kita tidak boleh menyamakan kalamnya Allah atau berbicaranya Allah sama seperti berbicaranya manusia, dalilnya adalah dalam firman Allah dalam Al-Quran surat Asy-Syura dalam ayat yang ke-11 Allah berfirman:

لَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌۭ ۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ
“Allah tidak ada satupun yang semisal dengan-Nya.” (QS. Asy-Syura: 11)

Namun Allah subhanahu wata’ala menjelaskan dalam ayat ini bahwa Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat. Tentunya dengan pendengaran dan penglihatan yang Maha Sempurna. Allah mampu mendengarkan apa saja yang lahir maupun yang batin. Bahkan mampu mendengarkan apa yang menjadi bisikan di dalam hati kita. Allah bahkan mampu melihat yang lahir maupun yang ghaib. Allah mampu melihat apa yang tidak bisa dilihat oleh pandangan manusia. Kita wajib menetapkannya dan tidak boleh kita menyamakan penglihatan dan pendengaran Allah subhanahu wata’ala sama dengan penglihatan dan pendengaran makhluk-Nya.

Sumber: Yufid TV