Wahai Manusia, Carilah Kebahagiaan Yang Hakiki

Allah berfirman:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS. Ali Imran : 14)

Allah menjelaskan bahwa dunia itu indah dimata manusia, tetapi itu hanya tempat persinggahan, kembalinya kita adalah ke akhirat. Karenanya jangan sampai yang sebentar ini terasa panjang dan yang kekal kita abaikan. Kita harus sering-sering mengingat bahwa hidup ini hanya sementara, akhirat adalah yang abadi.

Tidakkah kita sering mendengar suatu kata yang identik dengan kekayaan, yaitu “harta karun”, tetapi pemiliknya sendiri si Qorun ditenggelamkan bumi bersama hartanya? Qabil membunuh Habil karena memperebutkan wanita cantik, tetapi sekarang setiap orang yang membunuh maka Qabil ikut menanggung dosanya karena ialah yang mempelopori pembunuhan. Betapa hebat Fir’aun dengan pencapaian kekuatan dan kekuasaan dirinya, dirinya kuat tidak pernah sakit, tentaranya pun banyak, sampai-sampai ia menobatkan dirinya sebagai Tuhan dan istananya pun masih ada sampai sekarang, tetapi yang Allah abadikan adalah kesengsaraannya. Allah berfirman:

وَحَاقَ بِآلِ فِرْعَوْنَ سُوْءُ الًعَذَابِ اَلنَّارُ يُعْرَضُوْنَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوْا آلَ فِرْعَوُنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ

“Dan Fir’aun beserta pengikutnya dikepung oleh adzab yang sangat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat (dikatakan kepada mereka): “Masukkan Fir’aun dan kaumnya ke dalam adzab yang sangat keras.” [QS. Al Mukmin : 45-46].

Karenanya, masihkah kita terus-terusan mengejar dunia yang sesaat ini?