Pertanyaan:
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Ustadz apakah belajar ilmu agama dengan salah satu tujuannya untuk mendebat ulama yang menyimpang agar kembali ke jalan yang benar termasuk ke dalam hadis yang melarang belajar untuk mendebat ulama ? Syukron
Ditanyakan oleh Sahabat BiAS NO5 G-68
Jawaban:
وعليكم السلام ورحمة الله وبر كاته
Apabila niat untuk mendebat ulama yang menyimpang dan penebar kebatilan ini ikhlas karena murni mengharap ridha Allah ta’ala maka ini diperbolehkan.
Adapun hadits Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam yang melarang seseorang belajar untuk tujuan membantah ulama serta berbangga di hadapan orang jahil dan agar manusia memujinya, ini semua tidak termasuk ke dalam konteks pertanyaan yang ditanyakan. Disebutkan dalam Fatawa Islam no. 164865 :
فإن نص الحديث هو: من طلب العلم ليجاري به العلماء، أو ليماري به السفهاء، ويصرف به وجوه الناس إليه، أدخله الله النار. رواه ابن ماجه. والترمذي وحسنه الألباني
وقد جاء مثل هذا الوعيد المرتب على عدم الإخلاص في طلب العلم في قوله صلى الله عليه وسلم: من تعلم علما مما يبتغى به وجه الله عز وجل لا يتعلمه إلا ليصيب به عرضا من الدنيا لم يجد عرف الجنة يوم القيامة يعني ريحها . رواه أحمد وأبو داود
وأما القراءة والتحضير بغرض الرد على الكفار والمبطلين فلا يدخل في هذا، لأن الرد عليهم من الواجبات فلزم الإعداد له، فالإسلام قد أمر بإعداد القوة وتحصيل العدة. قال الله تعالى: وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ – الأنفال: 60
“Sesungguhnya redaksi haditsnya ialah : ‘Barangsiapa menuntut ilmu untuk mendebat para ulama’ atau untuk berbangga di hadapan orang-orang yang dungu, serta untuk mencari perhatian manusia, Allah akan memasukkannya ke dalam neraka’. Riwayat Ibnu Majah, Tirmidzi dan dihasankan oleh Imam Al-Albani.
Dan telah datang hadits serupa tentang ancaman yang akan diterima karena tidak ikhlasnya niat didalam menuntut ilmu dalam hadits Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam : ‘Barangsiapa menuntut ilmu yang seharusnya hanya mengharapkan wajah Allah namun ia menuntut ilmu untuk mendapatkan bagian dunia ia tidak akan bisa mencium baunya syurga yaitu wanginya syurga’. Riwayat Ahmad dan Abu Dawud.
Adapun membaca dan menghadirkan dalil untuk tujuan membantah orang-orang kafir dan orang-orang yang melakukan kebatilan maka tidak termasuk ke dalam larangan ini. Karena membantah orang-orang ini adalah merupakan kewajiban, sehingga perlu untuk dipersiapkan. Dan karena Islam memerintahkan untuk mempersiapkan kekuatan dan senjata, Allah ta’ala berfirman : ‘Dan persiapkanlah untuk menghadapi mereka apa yang kalian mampui berupa kekuatan serta kuda-kuda yang tertambat untuk menggentarkan musuh-musuh Allah dan musuh-musuh kalian’. (QS Al-Anfal : 160). (Fatwa Islam no. 164865).
Maka dari itu ketika seseorang menuntut ilmu agama diantara adab yang harus ia perhatikan ialah :
1). Ikhlas karena Allah ta’ala.
2). Niat untuk mengangkat kebodohan dari diri dan orang lain,
3). Niat agar bisa maximal berpegang teguh terhadap Al-Qur’an dan As-Sunnah
4). Niat untuk membela syariat Islam dari berbagai upaya penyimpangan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh kesesatan.
Imam Ibnu Utsaimin -semoga Allah seantiasa merahmati beliau- berkata :
إن ما تجب مراعاته لطالب العلم الدفاع عن الشريعة إذن فالناس في حاجة ماسة إلى العلماء؛ لأجل أن يردوا على كيد المبتدعين وسائر أعداء الله – عز وجل – ولا يكون ذلك إلا بالعلم الشرعي المتلقى من كتاب الله وسنة رسوله صلى الله عليه وسلم
“Sesungguhnya diantara hal yang selayaknya diperhatikan oleh para penuntut ilmu ialah membela syariat. Maka manusia sangat membutuhkan para ulama/orang-orang berilmu demi untuk membantah tipu muslihat para ahli bid’ah dan seluruh musuh-musuh Allah azza wa jalla. Dan itu tidak mungkin dilakukan melainkan dengan ilmu syar’i yang bersumber dari kitab Allah beserta sunnah Rasul-Nya shalallahu ‘alaihi wa sallam”.
(Majmu’ Fatawa War Rasa’il Syaikh Ibnu Utsaimin : 16/76).
Wallahu a’lam
Konsultasi Bimbingan Islam
Ustadz Abul Aswad Al Bayati
Referensi: https://bimbinganislam.com/belajar-untuk-mendebat-ulama-menyimpang/